Kamis, 13 November 2014

Belajar dari Mush'ab bin Umair

Pemuda itu selalu dibanggakan oleh masyarakat Quraisy. Kecerdasannya mampu memberikan solusi terbaik di setiap permasalahan pelik yang meliputi kaumnya. Rapi dan wangi menghiasi fisik yang mempesonakan setiap mata yang memandang. Dialah sahabat Nabi yang mulia Mush'ab bin Umair ra. Ia adalah pemuda unggulan keluarga dan masyarakatnya saat itu. Berasal dari keluarga yang dipandang dan kaya, ia tumbuh menjadi pemuda berakhlaq mulia.
Tidak seperti kebanyakan pemuda Quraisy saat itu yang berzina, meminum khomer(minuman memabukkan) dan menyembah berhala. Suatu hari, datanglah berita tentang kenabian seorang dari Bani Hasyim yang menjadi trending topic saat itu. Mush'ab pun begitu tertarik dengan berita itu sehingga ia berusaha mencari-cari dan mendalami berita tersebut secara diam-diam. Akhirnya ia mendatangi sebuah tempat di bukit Shafa, rumah Arqom bin Abul Arqom yang menjadi pintu Mush'ab untuk mengenal cahaya Islam, agama yang mampu membawa ketenangan dan keselamatan. Ia pun ikut duduk sembari mendengarkan lantunan Al-Quran dari ALLAH SWT melalui Nabi Muhammad SAW. Mush'ab terlena dan terpesona dengan kalimat-kalimat indah nan agung itu, menurutnya tak ada satu kalimatpun yang mampu menandingi kalimat-kalimat AL-Quran . Tak butuh waktu yang lama, ia pun mengucapkan kalimat agung "Asyhadu alla ilaaha illalloh wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa rosuuluh" yang menjadi kalimat peubah kehidupannya. Kehidupan yang mengEsakan ALLAH dan mengikuti Sunnah Rosululloh SAW, kehidupan yang mewah menjadi kehidupan yang sederhana dan bersahaja. Menghadiri majelis ilmu dan menegakkan sholat adalah rutinitas kehidupannya setelah bertauhid dan hal ini diketahui oleh Usman bin Thalhah. Kabar keIslaman Mush'ab pun telah terdengar oleh ibunya Khunas binti Malik. Orang yang paling ditakuti Mush'ab ini pun menghukumnya dengan memasung kaki dan menguncinya di suatu tempat. Sesekali ia mendengar berita hijarahya para sahabat Nabi ke Habasyah. Ia pun berusaha melepaskan dan melarikan diri dari tempat pemasungannya untuk mengikuti sahabatnya hijrah. Suatu saat, para sahabatnya duduk dan memandangi Mush'ab seraya berkata sambil terharu, "Dahulu, tiada yang mampu menandingi harum dan rapinya Mush'ab. Ia penuh dengan kemewahan dan keindahan. Tapi, lihatlah sekarang ini Ia meninggalkan segala gemerlapnya dunia dan memilih hidup sederhana dengan kekayaan iman di hatinya." SUBHAANALLAH, begitulah Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu hidup dalam keimanan dan kerendahan hati. Itulah yang melatarbelakangi Rosululloh memilihnya untuk berda'wah di Madinah, menjadi "Duta Islam yang Pertama". Mush'ab pun mengemban amanah dengan baik. Ia berda'wah di setiap keluarga dan kabilah di Madinah sana sampai tiada satupun yang tidak beriman kepada Islam. Singkatnya, ia kembali kepada Rosululloh dengan prestasi membanggakan. Membawa orang-orang yang beriman yang siap membela agama ALLAH itu. ... Perang itupun telah berkecamuk. Di lembah Uhud yang memanas itu, Mush'ab dengan gagah dan berani membawa bendera hitam bertuliskan "Laa ilaaha illalloh Muhammadun Rosululloh". Ia berharap akan syahid di medan itu. Berharap bertemu Robbnya yang Maha Agung. Teriakkan itu pun mulai memekakkan telinga Mush'ab. Berita tidak benar mengenai kematian Rosululloh itu semakin membuat ia geram. Ia memegang panji hitam di tangan kanan dan pedang di tangan kirinya. Pedang itu semakin lihai menebas orang-orang kafir. Tetapi ... Musuh mulai menyerang Mush'ab secara bertubi. Meskipun tangan kirinya telah putus, tetapi ia tetap memegang bendera panji Islam dengan tangan kanannya. Lalu, musuh semakin menjadi ketika tangan kanan Mush'ab juga ditebas. Akhirnya, pemuda Quraisy yang mulia ini syahid ... Syahid dengan penuh senyuman dan kerinduan untuk bertemu Robb Semesta Alam ... Menantikan Surga yang telah dijanjikan bersama Rosululloh SAW ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar